Viral curhatan pilu penyiar RRI ke Prabowo Subianto, PHK akibat efisiensi anggaran

Media sosial kini dipenuhi dengan cerita dari karyawan kementerian dan lembaga yang harus pamit karena di-PHK akibat efisiensi anggaran. Salah satu yang menarik perhatian adalah seorang penyiar RRI dari Ternate yang berbagi curhatannya di Instagram, @aiinizzaa, meski kini profilnya sudah diprivat.

Dalam video yang viral, dia mengungkapkan, "Bapak (Prabowo), kami mengerti bahwa efisiensi anggaran yang Bapak terapkan bertujuan untuk mendukung program-program yang Bapak jalankan, seperti memberikan makanan gratis untuk anak-anak."

Namun, ia melanjutkan, "Apakah Bapak sudah mempertimbangkan bahwa di balik makanan gratis itu, banyak orangtua yang kehilangan pekerjaan dan tidak bisa memberi makan siang atau malam yang layak untuk anak-anak mereka?"

Dia menambahkan, "Ketika Bapak memberikan makanan bergizi di pagi hari, banyak orangtua yang pulang ke rumah dengan tangan kosong karena mereka di-PHK. Di mana letak cinta Bapak kepada rakyat?"

Curhatan ini memicu banyak simpati dari warganet yang merasa prihatin. Salah satu komentar menyentil, "Efisiensi anggaran, tapi kabinet masih gendut. Stafsus dan utusan presiden yang entah apa kerjanya tetap ditambah. Apa yang diefisienkan?"

Sementara yang lain berkomentar, "Sedih banget denger curhatan mbanya. Yang terdampak lagi-lagi orang kecil."

Dalam laporan sebelumnya, pada 11 Februari 2025, RRI dan TVRI dilaporkan melakukan PHK terhadap sejumlah kontributor daerah mereka sebagai bagian dari kebijakan efisiensi anggaran. Anggota Komisi VII DPR RI, Eva Monalisa, mendukung pegawai yang terkena dampak dan meminta agar hak-hak mereka tetap terjamin, termasuk kompensasi yang layak.

Eva juga menekankan pentingnya mempertahankan kualitas siaran RRI dan TVRI, yang merupakan sumber informasi utama bagi masyarakat, terutama di daerah terpencil. Ia berharap pemerintah dapat menemukan cara lain untuk efisiensi anggaran tanpa mengorbankan tenaga kerja.

Prabowo Subianto sendiri mengungkapkan bahwa ada pihak yang melawan kebijakan efisiensi anggaran, mengklaim bahwa mereka merasa kebal hukum. "Saya ingin kementerian dan lembaga berhemat untuk pengeluaran yang tidak penting. Uang hasil efisiensi akan digunakan untuk memberi makan anak-anak dan memperbaiki sekolah-sekolah di Indonesia, " jelasnya. 

Prabowo menambahkan, saat ini ada 330 ribu sekolah yang perlu diperbaiki, namun anggaran hanya cukup untuk memperbaiki 20 ribu sekolah. Oleh karena itu, ia memangkas anggaran kementerian, termasuk biaya perjalanan dinas ke luar negeri.